Rabu, 06 Juni 2012

penelitian tindakan kelas


JUDUL: PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AGAMA ISLAM KELAS VI SD NEGERI 005 DESA PUNGKAT KECAMATAN GAUNG
A. Latar belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta didik. Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.
Dalam interaksi pendidikan peserta didik tidak selalu harus diberi atau dilatih, mereka dapat mencari, menemukan, memecahkan masalah dan melatih dirinya sendiri. Kemampuan peserta didik tidak sama, sehingga ada yang betul-betul dapat dilepaskan untuk mencari, menemukan dan mengembangkan sendiri, tetapi ada juga yang membutuhkan banyak bantuan dan bimbingan dari orang lain terutama pendidik.[1]
Dalam proses pembelajaran salah satu keterampilan guru yang memegang peranan penting adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal. Oleh karena itu, tidak semua guru dapat menjalankan metode yang sama, karena metode merupakan hasil dari kematangan belajar sang guru terhadap dirinya sendiri. Metode yang tepat adalah mencerdaskan diri pendidik, sehingga selalu terjadi proses kreativitas guru yang dapat menstimulasi peserta didik.[2]
Sementara itu, Pendidikan agama islam merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah umum yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan moral, akhlak dan etika dan peserta didik. kegagalan pendidikan agama islam untuk membuat dan menciptakan peserta didik yang berkarakter atau berkepribadian islami tidak terlepas dari kelemahan guru pendidikan agama islam dalam mengemas dan memilih metode salah satunya metode problem solving pada mata pelajaran ini yang di sampaikan  kepada peserta didik.[3]
Pengajaran harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif dapat menghadapi situasi sejenis, malah situasi yang baru sama sekali atas cara yang memuaskan.[4]
Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Sehubungan hal tersebut, dalam kesempatan ini akan dicobakan metode problem solving untuk pelajaran pendidikan agama islam kelas VI SD Negeri 005 desa pungkat kecamatan gaung.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas, maka identifikasi masalah yang dapat penulis utarakan adalah:
1. Masih ada guru yang tidak memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyelesaikan masalah yang ada pada anak didik.
2. Masih ada siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah dalam pelajaran
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah “apakah dengan penerapan metode problem solving dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam bagi siswa kelas VI SD Negeri 005 desa pungkat kecamatan gaung”?
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah:
-   untuk mengetahui apakah penerapan metode problem solving dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam  siswa kelas VI SD Negeri 005 desa pungkat kecamatan gaung.
E. Manfaat hasil penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat untuk menuju suatu perubahan kearah yang lebih baik, seperti:
1. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menerapkan metode problem solving
2. Bagi siswa
Merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kreativitas dalam belajar, sehingga siswa merasa lebih termotivasi untuk belajar mata pelajaran pendidikan agama islam.
3. Bagi sekolah
Sebagai bahan perbandingan dalam perbaikan pembelajaran disekolah serta untuk meningkatkan mutu pendidikan.
F. Tinjauan pustaka/tinjauan teoritis
1. Pengertian metode problem solving
Menurut abdul majid metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berfikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah.[5]
Sedangkan menurut masnur muslich mengungkapkan bahwa metode pemecahan masalah(problem solving) adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya di beri soal-soal, lalu diminta pemecahannya.[6]
Sementara itu ada juga yang mengatakan bahwa metode problem solving Adalah suatu metode atau cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan, baik secara individual atau secara kelompok.[7]
Dari pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa metode problem solving adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dalam mengajar dengan memberikan bahan pelajaran yang akan diperhatikan, dipikirkan, dan ditelaah oleh siswa dan kemudian masalah tersebut dianalisis dan dipecahkan oleh siswa secara individual maupun kelompok.
2. Kelebihan dan kekurangan metode problem solving
a. Kelebihan metode problem solving
-   Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
-   Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan didalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan berkerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
-   Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.[8]
b. Kekurangan metode problem solving
-   Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
-   Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
-   Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru dan belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupan kesulitan tersendiri bagi siswa.[9]
3. Langkah-langkah metode problem solving
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah di peroleh.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.[10]
Sedangkan menurut dewey yang dikutif oleh slameto langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
1. Kesadaran akan adanya masalah
2. Merumuskan masalah
3. Mencari data-data dan merumuskan hipotesa-hipotesa.
4. Menguji hipotesa-hipotesa itu dan kemudian menerima hipotesa yang benar.[11]
2. Kreativitas
a. Pengertian kreativitas belajar
Menurut syamsu yusuf dan A.juntika nurihsan mengartikan kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.[12]
Sedangkan menurut desmita kreativitas merupakan sebuah konsep yang majemuk dan multi-dimensional, sehingga sulit di defenisikan secara operasional. Jadi, secara sederhana kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.[13]
Selanjutnya menurut david campbell yang dikutif oleh nana syaodih mengungkapkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan untuk menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada sebelumnya, menarik, aneh dan berguna bagi masyarakat.[14]
Senada pendapat diatas, menurut cagne yang dikutif oleh oemar hamalik bahwa kreativitas merupakan suatu bentuk pemecahan masalah yang melibatkan intuitive leaps, atau suatu kombinasi gagasan-gagasan yang bersumber dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah secara luas.[15]
Sedangkan menurut oemar hamalik belajar adalah “suatu proses perubahan tingkahlaku individu melalui interaksi dengan lingkungan.[16]
Sementara itu, witherington yang dikutif oleh ngalim purwanto belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.[17]
Jadi, dapat peneliti simpulkan bahwa kreatifitas belajar adalah kemampuan untuk menemukan suatu gagasan yang bersifat baru, menarik, agar terjadinya suatu proses perubahan  dalam interaksi yang dapat diterapkan oleh siswa untuk pemecahan masalah.
b. Ciri-ciri kreativitas
Kreativitas meliputi ciri-ciri kognitif seperti kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan pemaknaan kembali.
1. Kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan.
2. Keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
3. Keaslian adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise.
4. Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci.
5. Redefinisi(pemaknaan kembali) adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan persfektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak.
Sedangkan Utami munandar menyarankan beberapa falsafah mengajar yang perlu dikembangkan guru dalam mendorong kreativitas peserta didik yaitu:
1. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.
2. Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik.
3. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif.
4. Anak perlu merasa nyaman dan di rangsang didalam kelas, tanpa adanya tekanan dari ketegangan.
5. Anak harus mempunyai rasa memiliki dan kebangsaan di dalam kelas.
6. Guru hendaknya berperan sebagai narasumber, bukan polisi atau dewa.
7. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka, baik dengan guru maupun dengan teman sebaya.
8. Kerjasama selalu lebih daripada kompetisi.
9. Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari dunia nyata.[18]
G. Hipotesis tindakan
Berdasarkan uraian landasan teori diatas, maka hipotesis tindakan adalah “Dengan menerapkan metode pembelajaran problem solving pada mata pelajaran pendidikan agama islam dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negari 005 desa pungkat kecamatan gaung.
H. Setting penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di sekolah dasar negeri 005 desa pungkat kecamatan gaung. Sekolah ini berlokasi di daerah pungkat tengah RT. 03 desa pungkat.

I. Subjek dan objek penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 005 desa pungkat kecamatan gaung dengan jumlah siswa 30 orang
2. Objek penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah penerapan metode problem solving untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas VI SD Negeri desa pungkat kecamatan gaung.
J. Rancangan tindakan
Adapun penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan hanya beberapa siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Siklus I
Dalam siklus ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode problem solving pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas VI SD Negeri 005 desa pungkat.
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode problem solving.
c. Membuat lembar kerja siswa
d. Membuat lembar observasi
e. Menyusun alat evaluasi
2. Pelaksanaan
a. Guru  Menyajikan materi pembelajaran
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving.
c. Guru memberikan arah mengenai pemecahan masalah dalam pembelajaran.
d. Guru menentukan materi pelajaran yang akan dikerjakan oleh sisa.
e. Guru memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah yang dilakukan oleh siswa.
f. Siswa diberikan kesempatan untuk untuk bertanya atau tanggapan.
g. Memberikan kesimpulan dan pengamatan
3. Pengamatan
Observasi dilaksanakan kepada siswa mengenai kreativitas mereka selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving.
4. Refleksi
a. Penelitian ini akan berhasil jika memenuhi syarat sebagai berikut:
-   Sebagian besar (75%) dari siswa yang mampu menjawab pertanyaan.
-   Sebagian besar (75%) dari siswa yang mampu memecahkan masalah
Sikus II
Siklus II sebagaimana siklus I yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
K. Instrumen penelitian
1. Silabus merupakan pedoman awal yang digunakan dalam perencanaan.
2. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk memberikan arahan secara lengkap mengenai langkah-langkah pembelajaran yang akan di sajikan didalam kelas.
3. Lembar kerja siswa yang berisikan ringkasan materi dan latihan-latihan agar memungkinkan siswa berlatih dan menjawab pertanyaan yang di sediakan.
4. Observasi yaitu “teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat-alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.
Jadi, observasi yang akan dilakukan adalah mengenai kreativitas siswa dalam belajar dengan menggunakan metode problem solving.
L. Teknik pengumpulan data
1. Observasi
Menurut ngalim purwanto observasi adalah:
“observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkahlaku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.[19]
M. Indikator kinerja
Penelitian ini akan berhasil jika memenuhi syarat sebagai berikut:
-   75% siswa yang kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan guru
-   Penerapan metode problem solving terlaksana dengan baik.
N. Teknik analisa data
Ho           :tidak terdapat perbedaan antara     penerapan metode problem solving dengan kreativitas belajar siswa
Ha             :Terdapat perbedaan antara penerapan metode problem solving dengan kreativitas belajar siswa



[1]Nana syaodih sukmadinata, landasan psikologi proses pendidikan, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2009), hlm. 3-4
[2]Sobri Sutikno, belajar dan pembelajaran, (Bandung: Prospect, 2009), hlm. 89
[3]Abu Ahmadi, Nur uhbiyati, ilmu pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta, 2001), hlm. 112
[4]Ad.Rooijakkers, mengajar dengan sukses, (Jakarta: PT. Gramedia, 1993), hlm.  
[5]Abdul Majid, perencanaan pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 142
[6]Masnur Muslich, KTSP pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 203
[7]http://www.scribd.com/doc/13065635/Metodemetode-pembelajaran
[8]Syaiful bahri Djamarah, Aswan Zain, strategi belajar mengajar, (Jakarta, Rineka cipta, 2006), hlm.  
[9] Syaiful bahri djamarah, op. Cit, hlm. 93
[10]Abdul Majid, op. Cit, hlm. 143
[11]Slameto, proses belajar mengajar dalam sistem kredit semester(SKS), (Jakarta: Bumi aksara, 1991), hlm. 141
[12]Syamsu Yusuf, A.Juntika nurihsan, landasan bimbingan dan konseling, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2009), hlm. 246
[13]Desmita, psikologi perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 175
[14]Nana syaodih, op. Cit, hlm. 104
[15]Oemar hamalik, perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem, (Jakarta: PT. Bumi aksara, 2009), hlm. 180
[16]Oemar Hamalik, psikologi belajar dan mengajar, (Bandung: Sinar baru algensindo, 2004), hlm. 28
[17]Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2003), hlm. 84
[18]Desmita, op. Cit, hlm. 178
[19]Ngalim purwanto, prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2004), hlm. 149