JUDUL: PENERAPAN METODE
PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN AGAMA ISLAM KELAS VI SD NEGERI 005 DESA PUNGKAT KECAMATAN GAUNG
A. Latar belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan
interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan
pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut
interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan peserta
didik. Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena
kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak
menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.
Dalam interaksi pendidikan peserta
didik tidak selalu harus diberi atau dilatih, mereka dapat mencari, menemukan,
memecahkan masalah dan melatih dirinya sendiri. Kemampuan peserta didik tidak
sama, sehingga ada yang betul-betul dapat dilepaskan untuk mencari, menemukan
dan mengembangkan sendiri, tetapi ada juga yang membutuhkan banyak bantuan dan
bimbingan dari orang lain terutama pendidik.[1]
Dalam proses pembelajaran salah
satu keterampilan guru yang memegang peranan penting adalah keterampilan
memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru
dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga
pencapaian tujuan pembelajaran diperoleh secara optimal. Oleh karena itu, tidak
semua guru dapat menjalankan metode yang sama, karena metode merupakan hasil
dari kematangan belajar sang guru terhadap dirinya sendiri. Metode yang tepat
adalah mencerdaskan diri pendidik, sehingga selalu terjadi proses kreativitas
guru yang dapat menstimulasi peserta didik.[2]
Sementara
itu, Pendidikan agama islam merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah umum
yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan moral, akhlak
dan etika dan peserta didik. kegagalan pendidikan agama islam untuk membuat dan
menciptakan peserta didik yang berkarakter atau berkepribadian islami tidak
terlepas dari kelemahan guru pendidikan agama islam dalam mengemas dan memilih
metode salah satunya metode problem solving pada mata pelajaran ini yang di
sampaikan kepada peserta didik.[3]
Pengajaran
harus mampu membina kemahiran pada peserta didik untuk secara kreatif dapat
menghadapi situasi sejenis, malah situasi yang baru sama sekali atas cara yang
memuaskan.[4]
Proses
interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Sehubungan hal tersebut, dalam kesempatan ini akan dicobakan metode problem
solving untuk pelajaran pendidikan agama islam kelas VI SD Negeri 005 desa
pungkat kecamatan gaung.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah penulis paparkan diatas, maka identifikasi
masalah yang dapat penulis utarakan adalah:
1. Masih
ada guru yang tidak memberikan kesempatan kepada anak didik untuk menyelesaikan
masalah yang ada pada anak didik.
2. Masih
ada siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah dalam pelajaran
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah
“apakah dengan penerapan metode problem solving dapat meningkatkan kreatifitas
belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam bagi siswa kelas VI SD
Negeri 005 desa pungkat kecamatan gaung”?
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah:
- untuk
mengetahui apakah penerapan metode problem solving dapat meningkatkan
kreatifitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam siswa kelas VI SD Negeri 005 desa pungkat
kecamatan gaung.
E. Manfaat hasil penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan
nantinya dapat memberikan manfaat untuk menuju suatu perubahan kearah yang
lebih baik, seperti:
1. Bagi
guru
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menerapkan metode problem solving
2. Bagi
siswa
Merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan kreativitas dalam belajar, sehingga siswa merasa lebih termotivasi
untuk belajar mata pelajaran pendidikan agama islam.
3. Bagi
sekolah
Sebagai
bahan perbandingan dalam perbaikan pembelajaran disekolah serta untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
F. Tinjauan pustaka/tinjauan teoritis
1. Pengertian metode problem solving
Menurut abdul majid metode
pemecahan masalah (problem solving) merupakan cara memberikan pengertian dengan
menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berfikir tentang
suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai upaya
untuk memecahkan masalah.[5]
Sedangkan menurut masnur muslich
mengungkapkan bahwa metode pemecahan masalah(problem solving) adalah suatu
metode mengajar yang mana siswanya di beri soal-soal, lalu diminta
pemecahannya.[6]
Sementara itu ada juga yang mengatakan bahwa metode
problem solving Adalah suatu metode atau cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang
harus dipecahkan atau diselesaikan,
baik secara individual atau secara kelompok.[7]
Dari pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa
metode problem solving adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dalam
mengajar dengan memberikan bahan pelajaran yang akan diperhatikan, dipikirkan,
dan ditelaah oleh siswa dan kemudian masalah tersebut dianalisis dan dipecahkan
oleh siswa secara individual maupun kelompok.
2. Kelebihan dan kekurangan metode problem solving
a. Kelebihan
metode problem solving
- Metode
ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja.
- Proses
belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi
dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan didalam
kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan berkerja kelak, suatu kemampuan
yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.
- Metode
ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental
dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari
pemecahan.[8]
b. Kekurangan
metode problem solving
- Menentukan
suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa,
tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah
dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
- Proses
belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang
cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
- Mengubah
kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
dan belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok,
yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupan kesulitan
tersendiri bagi siswa.[9]
3. Langkah-langkah metode problem
solving
1. Adanya
masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai
dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari
data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
3. Menetapkan
jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja
didasarkan kepada data yang telah di peroleh.
4. Menguji
kebenaran jawaban sementara tersebut.
5. Menarik
kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah tadi.[10]
Sedangkan menurut dewey yang
dikutif oleh slameto langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai
berikut:
1. Kesadaran
akan adanya masalah
2. Merumuskan
masalah
3. Mencari
data-data dan merumuskan hipotesa-hipotesa.
4. Menguji
hipotesa-hipotesa itu dan kemudian menerima hipotesa yang benar.[11]
2. Kreativitas
a. Pengertian kreativitas belajar
Menurut syamsu yusuf dan A.juntika
nurihsan mengartikan kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.[12]
Sedangkan menurut desmita
kreativitas merupakan sebuah konsep yang majemuk dan multi-dimensional,
sehingga sulit di defenisikan secara operasional. Jadi, secara sederhana
kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.[13]
Selanjutnya menurut david campbell
yang dikutif oleh nana syaodih mengungkapkan bahwa kreativitas adalah suatu
kemampuan untuk menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada
sebelumnya, menarik, aneh dan berguna bagi masyarakat.[14]
Senada pendapat diatas, menurut
cagne yang dikutif oleh oemar hamalik bahwa kreativitas merupakan suatu bentuk
pemecahan masalah yang melibatkan intuitive leaps, atau suatu kombinasi
gagasan-gagasan yang bersumber dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah
secara luas.[15]
Sedangkan menurut oemar hamalik
belajar adalah “suatu proses perubahan tingkahlaku individu melalui interaksi
dengan lingkungan.[16]
Sementara itu, witherington yang
dikutif oleh ngalim purwanto belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.[17]
Jadi, dapat peneliti simpulkan
bahwa kreatifitas belajar adalah kemampuan untuk menemukan suatu gagasan yang
bersifat baru, menarik, agar terjadinya suatu proses perubahan dalam interaksi yang dapat diterapkan oleh
siswa untuk pemecahan masalah.
b. Ciri-ciri kreativitas
Kreativitas meliputi ciri-ciri
kognitif seperti kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan pemaknaan
kembali.
1. Kelancaran
adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan.
2. Keluwesan
adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan
terhadap masalah.
3. Keaslian
adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak
klise.
4. Elaborasi
adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara rinci.
5. Redefinisi(pemaknaan
kembali) adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan persfektif
yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak.
Sedangkan Utami munandar
menyarankan beberapa falsafah mengajar yang perlu dikembangkan guru dalam
mendorong kreativitas peserta didik yaitu:
1. Belajar
adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.
2. Anak
patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik.
3. Anak
hendaknya menjadi pelajar yang aktif.
4. Anak
perlu merasa nyaman dan di rangsang didalam kelas, tanpa adanya tekanan dari
ketegangan.
5. Anak
harus mempunyai rasa memiliki dan kebangsaan di dalam kelas.
6. Guru
hendaknya berperan sebagai narasumber, bukan polisi atau dewa.
7. Anak
perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka, baik dengan guru
maupun dengan teman sebaya.
8. Kerjasama
selalu lebih daripada kompetisi.
9. Pengalaman
belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari dunia nyata.[18]
G. Hipotesis tindakan
Berdasarkan uraian landasan teori
diatas, maka hipotesis tindakan adalah “Dengan menerapkan metode pembelajaran
problem solving pada mata pelajaran pendidikan agama islam dapat meningkatkan
kreativitas belajar siswa kelas VI SD Negari 005 desa pungkat kecamatan gaung.
H. Setting penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di
sekolah dasar negeri 005 desa pungkat kecamatan gaung. Sekolah ini berlokasi di
daerah pungkat tengah RT. 03 desa pungkat.
I. Subjek dan objek penelitian
1. Subjek
penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VI SD Negeri 005 desa pungkat kecamatan gaung dengan jumlah siswa 30
orang
2. Objek
penelitian
Adapun yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah penerapan metode problem solving untuk meningkatkan
kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas VI
SD Negeri desa pungkat kecamatan gaung.
J. Rancangan tindakan
Adapun penelitian tindakan kelas
yang peneliti lakukan hanya beberapa siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Siklus
I
Dalam siklus ini terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi, yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Tim
peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan
disampaikan kepada siswa dengan menggunakan metode problem solving pada mata
pelajaran pendidikan agama islam kelas VI SD Negeri 005 desa pungkat.
b. Membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode problem solving.
c. Membuat
lembar kerja siswa
d. Membuat
lembar observasi
e. Menyusun
alat evaluasi
2. Pelaksanaan
a. Guru Menyajikan materi pembelajaran
b. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving.
c. Guru
memberikan arah mengenai pemecahan masalah dalam pembelajaran.
d. Guru
menentukan materi pelajaran yang akan dikerjakan oleh sisa.
e. Guru
memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah yang dilakukan oleh siswa.
f. Siswa
diberikan kesempatan untuk untuk bertanya atau tanggapan.
g. Memberikan
kesimpulan dan pengamatan
3. Pengamatan
Observasi dilaksanakan kepada siswa
mengenai kreativitas mereka selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode problem solving.
4. Refleksi
a. Penelitian
ini akan berhasil jika memenuhi syarat sebagai berikut:
- Sebagian
besar (75%) dari siswa yang mampu menjawab pertanyaan.
- Sebagian
besar (75%) dari siswa yang mampu memecahkan masalah
Sikus II
Siklus
II sebagaimana siklus I yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi.
K. Instrumen penelitian
1. Silabus
merupakan pedoman awal yang digunakan dalam perencanaan.
2. Rencana
pelaksanaan pembelajaran adalah untuk memberikan arahan secara lengkap mengenai
langkah-langkah pembelajaran yang akan di sajikan didalam kelas.
3. Lembar
kerja siswa yang berisikan ringkasan materi dan latihan-latihan agar memungkinkan
siswa berlatih dan menjawab pertanyaan yang di sediakan.
4. Observasi
yaitu “teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung setiap kejadian
yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat-alat observasi tentang
hal-hal yang akan diamati atau diteliti.
Jadi, observasi yang akan dilakukan
adalah mengenai kreativitas siswa dalam belajar dengan menggunakan metode
problem solving.
L. Teknik pengumpulan data
1. Observasi
Menurut ngalim purwanto observasi
adalah:
“observasi adalah metode atau
cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
tingkahlaku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung.[19]
M. Indikator kinerja
Penelitian ini akan berhasil jika
memenuhi syarat sebagai berikut:
- 75%
siswa yang kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan guru
- Penerapan
metode problem solving terlaksana dengan baik.
N. Teknik analisa data
Ho :tidak
terdapat perbedaan antara penerapan
metode problem solving dengan kreativitas belajar siswa
Ha :Terdapat
perbedaan antara penerapan metode problem solving dengan kreativitas belajar
siswa
[1]Nana syaodih sukmadinata, landasan psikologi proses pendidikan,
(Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2009), hlm. 3-4
[3]Abu Ahmadi, Nur uhbiyati, ilmu pendidikan, (Jakarta: Rineka cipta,
2001), hlm. 112
[4]Ad.Rooijakkers, mengajar dengan sukses,
(Jakarta: PT. Gramedia, 1993), hlm.
[5]Abdul Majid, perencanaan pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 142
[6]Masnur Muslich, KTSP pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hlm. 203
[7]http://www.scribd.com/doc/13065635/Metodemetode-pembelajaran
[8]Syaiful bahri Djamarah, Aswan Zain, strategi belajar mengajar, (Jakarta,
Rineka cipta, 2006), hlm.
[10]Abdul Majid, op. Cit, hlm. 143
[11]Slameto, proses belajar mengajar dalam sistem kredit semester(SKS),
(Jakarta: Bumi aksara, 1991), hlm. 141
[12]Syamsu Yusuf, A.Juntika nurihsan,
landasan bimbingan dan konseling, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2009), hlm. 246
[13]Desmita, psikologi
perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 175
[15]Oemar hamalik, perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem, (Jakarta: PT.
Bumi aksara, 2009), hlm. 180
[17]Ngalim Purwanto, psikologi pendidikan, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2003), hlm.
84
[18]Desmita, op. Cit, hlm. 178
[19]Ngalim purwanto, prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja rosdakarya, 2004), hlm. 149